Navigation

Thursday, March 19, 2015

MBOJO - WARISAN TENUN KHAS BIMA

Bune Haba??

Apakah Sobat tahu Bima itu ada dimana?? Sobat harus tahu.
Bima, sebuah kota yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan kota yang sebagian besar penduduknya berpenghasilan sebagai petani dan peternak. Karena keahliannya sebagai peternak, Bima terkenal dengan Susu Kuda Liarnya yang memiliki bermacam khasiat. Selain pertanian dan peternakan, Bima juga memiliki sejarah perdagangan yang sangat penting pada abad ke 16. Bima ini juga merupakan kampung halaman dari seorang sahabat baik, Dayat "Koday". Hehehe... Teman semasa perjuangan di kuliah sampai sekarang.
Mbojo, Kain, Bima
Kain Tenun Mbojo
Sejarah kota Bima merupakan sebuah Kesultanan Islam pada 1640. Pada waktu itu merupakan sebuah Kerajaan Islam tersohor di ujung timur Indonesia. Terkenal dengan nama Kerajaan Dompu. Kerajaan Dompu inilah yang memperkenalkan Kain Tenun Mbojo ke seantero Nusantara dan bahkan sampai ke seluruh benua Asia. Kain tenun Mbojo yang merupakan kain khas dari Bima memiliki berbagai motif dan corak yang menjadikannya sangat bernilai sebagai bahan komoditi perdagangan. Melalui perdagangan, penduduk Bima pada zaman dulu berhasil memperjualbelikan kain Mbojo ke Nusantara dan bahkan sampai ke negeri Cina.


Kain tenun Mbojo tidak bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan Islam di Bima sejak zaman Kesultanan Dompu. Kain Mbojo dijadikan bahan pakaian sehari- hari oleh penduduk Bima. Bahkan ada aturan adat yang mewajibkan setiap remaja putri Bima harus memiliki keterampilan menenun kain Mbojo untuk digunakan sebagai bahan pakaian sendiri dan sebagai sumber pencaharian ketika sudah dewasa. 

Dayat, Best Friend
My Bro - Dayat
Oleh Kesultanan Dompu, kain Mbojo dijadikan pakaian wajib wanita Muslim jika ingin keluar rumah yang disebut Rimpu. Rimpu terdiri dari 2 kain Mbojo untuk menutupi tubuh bagian bawah dan tubuh bagian atas. Jika wanita muslim Bima zaman dahulu keluar rumah tidak menggunakan Rimpu, maka akan dianggap melanggar norma Agama dan adat. Kain Rimpu ini dibedakan menjadi dua jenis. Kain Rimpu Cili dan Rimpu Colo. Rimpu Cili adalah Rimpu untuk wanita Bima yang masih lajang. Kain ini menutupi seluruh bagian tubuh kecuali bagian mata. Kain Rimpu Colo, adalah Rimpu untuk wanita Bima yang sudah menikah. Kain ini menutupi seluruh tubuh dan menyisakan bagian wajah saja. Namun, seiring berjalannya waktu, saat ini wanita Muslim Bima tidak banyak yang menggunakan Rimpu, mereka lebih memilih pakaian modern dan jilbab.

Kain Mbojo terdiri dari beberapa jenis dan fungsi:

1. Tembe (sarung)
Merupakan kain Mbojo yang  bernilai tinggi karena ditenun secara tradisional menggunakan peralatan dan bahan baku dari Bima langsung. Aturan adat telah mewajibkan agar setiap wanita Bima memiliki ketrampilan menenun Mbojo menggunakan bahan baku kapas asli yang sangat melimpah di Bima. 

2.  Sambolo atau Destar
Merupakan ikat kepala tradisional Bima yang digunakan oleh laki- laki. Pada zaman dahulu, setiap laki- laki yang sudah memasuki usia remaja diwajibkan menggunakan Sambolo, sesuai dengan perintah dari adat setempat. Sambolo ini juga merupakan hasil tenun unggulan setelah Tembe

3. Weri dari Malanta Salolo
Merupakan ikat pinggang tradisional yang terbuat dari Malanta Salolo, yaotu sebuah kain putih polos yang secara khusus ditenun untuk Salolo. Kain ini terdiri dari beraneka corak warna dan dihiasi motif bunga satako, pado waji dan kakando.

4. Baju Mbodo
Baju ini merupakan hasil dari kreasi penenun Mbojo. Baju ini tercipta dari kombinasi warna dan motif Mbojo tradisional dipadukan dengan warna dan motif baru yang tidak bertentangan dengan aturan adat setempat. Kain ini terbilang cukup mahal dan diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas.

Secara keseluruhan, kain Mbojo merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari Bima, Menjadi salah satu bukti perkembangan Islam di Nusa Tenggara Barat. Buat Sobat yang berkesempatan berlibur ke Bima, jangan lupa untuk membeli oleh- oleh kain Mbojo. Selain motifnya yang sangat cantik, Sobat juga bisa ikut berpartisipasi dalam pelestarian budaya asli Indonesia, terutama Bima. Dan jangan pernah lupa untuk mencicipi Susu Kuda Liar Khas Bima. Hehehe...
 







No comments:

Post a Comment