Navigation

Wednesday, March 18, 2015

DANAU MANINJAU - KEINDAHAN DI BALIK LEGENDA BUJANG SEMBILAN

For English Translations "Click Here"

Maninjau, Lake, Danau, Padang, Sumatra Barat, Indonesia
Danau Maninjau
Danau Maninjau. Sebuah Danau yang sangat indah dan terkenal dari Tanah Minang, Sumatra Barat yang merupakan kampung halaman dari salah seorang sahabat karib, Joni Efrianto. Danau ini merupakan danau Terluas ke-11 di Indonesia, dan merupakan danau Terbesar kedua di Sumatra Barat setelah Danau Singkarak. Danau ini terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Indonesia. Posisinya terletak 140 Km sebelah utara kota Padang, 36 Km dari Bukit Tinggi dan 27 Km dari Lubuk Basung.

Danau Maninjau ini merupakan sumber air untuk Sungai Batang Sri Antokan. Di hulu sungai ini, yaitu terletak di salah satu bagian dari tepian Danau Maninjau terdapat PLTA Maninjau yang menyuplai listrik untuk wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya. Danau Maninjau ini dikelilingi oleh perbukitan yang sangat hijau. Salah satu puncak tertinggi bukit ini dikenal dengan nama Puncak Lawang yang menjadi tempat favorit wisatawan yang ingin menikmati pemandangan Danau Maninjau ini. Disini juga kadang ada kegiatan paralayang. Banyak wisatawan yang ikut serta dalam paralayang ini hanya untuk menikmati keindahan Danau Maninjau dari udara.

Joni Efrianto
My Bro - Joni
Selain Puncak Lawang, area lain yang terkenal dari Danau Maninjau ini adalah jalan yang berkelok- kelok dari atas bukit menuju ke tepi danau. Jalan ini merupakan rute yang ditempuh jika ingin mencapai Danau Maninjau dari Bukit Tinggi. Jalan ini dikenal dengan nama Kelok 44, karena jumlah kelokan (belokan/ tikungan) di jalan ini berjumlah 44. Di tepian danau ini juga banyak terdapat penginapan dan restoran yang menjadi pilihan utama wisatawan yang berlibur ke Danau Maninjau.

Danau Maninjau terbentuk secara vulkanis dari letusan sebuah gunung yang konon dikenal di kalangan masyarakat Sumatra Barat sebagai Gunung Tinjau. Gunung ini dipercaya sebagai tempat lahirnya sebuah legenda yang terkenal di Sumatra Barat tentang asal muasal terbentuknya Danau Maninjau. Legenda ini dikenal sebagai Legenda Bujang Sembilan.

Alkisah, ada sebuah gunung berapi yang dikenal dengan nama Gunung Tinjau. Di puncak gunung ini terdapat kawah yang sangat luas. Di kaki Gunung Tinjau ini ada beberapa perkampungan yang makmur dan sejahtera, karena tanah- tanah di perkampungan ini sangat subur akibat adanya abu- abu vulkanis Gunung Tinjau yang berfungsi sebagai pupuk alami. Tak heran jika sebagian besar penduduk hidup dari usaha pertanian.

Di salah satu perkampungan tersebut, ada sebuah keluarga yang terdiri dari 9 anak laki- laki dan 1 orang anak perempuan. Kesembilan anak laki- laki tersebut dikenal dengan sebutan Bujang Sembilan. Mereka memiliki seorang adik bungsu, perempuan yang sangat cantik. Orang tua mereka sudah lama meninggal, sehingga di sulung yang akhirnya berperan sebagai kepala keluarga. Namun, mereka masih memiliki seorang paman yang ikut membantu dan membimbing serta mengajari mereka tentang pertanian. Si paman tidak tinggal serumah dengan keluarga si Bujang Sembilan, tetapi tiap dua hari sekali dia selalu mengunjungi mereka, kadang dengan membawa serta istri dan anak laki- lakinya.

Suatu ketika ketika si paman mengunjungi keluarga si Bujang Sembilan bersama dengan istri dan anak laki- lakinya, terjadi peristiwa yang menjadi awal mula legenda ini. Ternyata anak laki- laki si paman jatuh hati pada adik bungsu Bujang Sembilan. Dan si bungsu juga ternyata menaruh hati pada anak laki- laki tersebut. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah sungai di pinggir ladang dan berikrar untuk saling setia dan mencintai.

Mulanya mereka masih merahasiakan hubungan mereka dari keluarga masing- masing. Namun, karena takut timbul fitnah maka akhirnya mereka berterus terang kepada keluarga. Dan ternyata kedua keluarga tersebut sangat merestui hubungan mereka. Semakin hari hubungan mereka semakin mesra.
Danau, Maninjau, Sumatra Barat, Indonesia
Panorama Danau Maninjau
Suatu ketika, hasil panen di kampung mereka memberikan hasil yang sangat baik, sehingga sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, diadakanlah sebuah pesta rakyat. Salah satu kegiatan pesta rakyat tersebut adalah ajang pertarungan bela diri antar pemuda kampung. Si sulung dari Keluarga Bujang Sembilan dan anak laki- laki paman mereka ikut serta ambil bagian pada kegiatan tersebut.

Setelah melewati setiap pertarungan, ternyata si sulung harus berhadapan dengan anak laki- laki paman mereka sendiri. Pertarungan cukup sengit dan berimbang. Suatu waktu, si sulung berhasil menyudutkan anak laki- laki si paman dan ia bermaksud memberikan sebuah tendangan. Ternyata tendangannya dapat ditangkis oleh anak pamannya itu. Tanpa diduga, hal ini mengakibatkan kaki si sulung patah dan dia pun kalah. Hal ini ternyata membuat si sulung dendam dan murka karena merasa dipermalukan oleh anak pamannya. Semakin hari dendamnya kepada anak pamannya itu semakin besar namun tidak pernah sekalipun diperlihatkannya.

Beberapa lama kemudian, keluarga si paman mengunjungi keluarga si Bujang Sembilan dengan maksud meminang adik bungsu mereka. Di pertemuan keluarga ini, si sulung tidak bisa lagi menyimpan dendamnya. Dengan tegas ia menolak pinangan keluarga pamanya  dengan menyatakan bahwa anak pamannya itu bukanlah anak baik- baik dan juga telah mempermalukannya pada pertarungan pesta rakyat itu. Segala penjelasan dan bujukan dari si paman tidak diindahkan. Perseteruan ini membuat pusing si bungsu dan anak laki- laki tersebut.

Suatu ketika, mereka berdua sepakat bertemu lagi di tepi sungai, mereka bingung harus bagaimana menghadapi masalah yang sedang mereka hadapi. Ketika beranjak dari tempat duduknya, kain sarung si bungsu tersangkut di duri, tersobek dan melukai pahanya sendiri. Anak laki-laki itu lalu mengobati luka di paha si bungsu dengan ramuan obat- obatan. Ternyata, gerak- gerik mereka telah diamati oleh Bujang Sembilan dan warga kampung. Mereka lalu menangkap sepasang kekasih tersebut dengan menuduh mereka telah berbuat yang tidak senonoh. Anak laki- laki tersebut bersikeras bahwa dia sedang mengobati luka di paha si bungsu, bukan bermaksud lain. Namun, warga kampung tidak mau percaya.

Mereka berdua lalu dibawa ke tetua kampung untuk disidang. Dan mereka dinyatakan bersalah. Sebagai hukumannya mereka harus dibuang ke dalam kawah Gunung Tinjau. Mereka diarak dengan tangan terikat dan mata tertutup. Ketika akan melompat ke dalam kawah Gunung Tinjau, anak laki- laki tersebut berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan keadilan. Jika mereka memang benar bersalah, maka mereka rela badannya hancur terbakar kawah gunung tersebut. Namun, jika ternyata mereka tidak bersalah, maka ia memohon kepada Tuhan agar gunung tersebut meletus dan menghancurkan perkampungan sekitarnya, dan juga agar Bujang Sembilan berubah menjadi ikan.

Ternyata doa si anak laki- laki didengar oleh Tuhan, dan Gunung Tinjau pun meletus dengan dahsyatnya. Melontarkan batuan, abu dan lahar ke segala penjuru. Menghancurkan perkampungan dan membinasakan warga kampung tersebut. Letusan gunung tersebut membentuk kawah luas yang akhirnya menjadi danau yang dikenal dengan nama Danau Maninjau. Dan Bujang Sembilan pun berubah menjadi ikan, dan menghuni danau tersebut untuk selamanya.

Danau, Maninjau, Sumatra Barat
Di Tepi Danau Maninjau
Demikianlah kisah singkat legenda terbentuknya Danau Maninjau. Selain keindahan pemandangannya, Danau Maninjau juga menyimpan sebuah cerita rakyat yang melegenda dari masa ke masa. Nama- nama tokoh pada legenda tersebut saat ini digunakan sebagai nama nagari di sekitar Danau Maninjau, yaitu Tanjung Sani, Sikudun, Bayua,  Koto Malintang, Koto Kaciak, Sigalapuang, Balok, Kukuban dan sungai Batang.

Di balik legenda tersebut, Danau Maninjau menjadi salah satu tempat wisata favorit wisatawan di Sumatra Barat. Dan tentunya menjadi kebanggaan warga Minang. So, tunggu apa lagi?? Siapkan rencana liburan Sobat ke Danau Maninjau..!!




No comments:

Post a Comment